Pada suatu hari, Rabiatul Adawiyah jatuh sakit. Beliau diziarahi oleh Hasan Al-Basri, Zunnun dan Malik bin Dinar. Berkata Hasan Al-Basri kepada Rabiatul Adawiyah: “Ini ujian dari Tuhan, maka hendaklah kamu bersabar.” Maka jawab Rabiatul Adawiyah: “Ada yang lebih baik dari bersabar.” Berkata pula Zunnun: “Ini ujian Tuhan. Maka hendaklah kamu redha.” Rabiatul Adawiyah menjawab: “Ada yang lebih baik dari redha.” Malik bin Dinar pula berkata: “Sakit ini sebenarnya adalah hadiah Allah kepada kamu. Maka hendaklah kamu bersyukur.” Jawab Rabiatul Adawiyah: “Ada yang lebih baik dari bersyukur.” Maka bertanya Malik bin Dinar: “Kalau sabar tidak memadai, redha tidak memadai dan syukur pun tidak memadai, apakah sebenarnya yang engkau rasakan?”
Rabiatul Adawiyah menjawab: “Sebenarnya aku sudah lupakan kesusahan yang Allah timpakan terhadap diriku ini.”
Melupakan segala ujian dan kesusahan yang Allah timpakan kepada kita dan mengingat-ingat segala nikmat yang Allah kurniakan kepada kita, juga melupakan segala ibadah dan kebaikan kita kepada Allah dan mengingat-ingat dan mengenang-ngenangkan segala dosa dan kejahatan kita kepada Allah termasuk dalam jalan kebenaran.
sumber: Pancaran Minda, Mejar (B) Abu Dzarin Taharem
No comments:
Post a Comment