“Adapun kebahagiaan ilmu, maka hal itu tidak dapat kamu rasakan kecuali dengan cara mengerahkan segenap kemampuan, keseriusan dalam belajar, dan niat yang benar"-Ibnu Qayyim.

Tuesday, May 3, 2011

Wasiat Abu Burdah...


Dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Abu Burdah bin Musa Al Asy'ari meriwayatkan, bahwa ketika menjelang wafatnya, Abu Musa pernah berkata kepada puteranya, "Wahai anakku, ingatlah kamu akan cerita tentang seorang yang mempunyai sepotong roti. Dahulu kala di sebuah tempat ibadah, ada seorang laki-laki yang sangat tekun beribadah kepada Allah. Ibadah yang dilakukannya itu kurang lebih tujuh puluh tahun. Tempat ibadahnya tidak pernah ia tinggalkan, kecuali pada hari-hari yang telah ia tentukan. Akan tetapi pada suatu hari, dia digoda oleh seorang wanita, sehingga dia pun tergoda dalam bujuk rayunya dan bergelimang dalam dosa selama tujuh hari, sebagaimana perkara yang dilakukan oleh pasangan suami-istri."

Setelah ia sadar, maka ia lalu bertaubat, sedangkan tempat ibadahnya itu ia tinggalkan. Kemudian ia melangkahkan kakinya pergi mengembara sambil mengerjakan sholat dan bersujud. Akhirnya dalam pengembaraannya itu, ia sampai ke sebuah pondok yang di dalamnya sudah terdapatdua belas fakir miskin. Sedangkan lelaki itu juga bermaksud untuk menumpang bermalam di sana. Karena sudah sangat letih dari sebuah perjalanan yang sangat jauh, akhirnya ia tertidur bersama fakir miskin yang ada di pondok itu.

Rupanya di samping pondok tersebut, hidup seorang pendeta yang setiap malamnya selalu mengirimkan beberap potong roti kepada fakir miskin yang menginap di pondok itu. Masing-masing mendapatkan sepotong roti. Pada waktu yang lain, datang pula orang lain yang membagikan roti kepada tiap fakir miskin yang berada di pondok tersebut, begitu juga dengan lelaki yang bertaubat itu, ia juga mendapatkan bagian karena disangka sebagai orang miskin.

Rupanya salah seorang dari orang miskin itu, ada yang tidak mendapatkan bagian dari orang yang membagikan roti tersebut. Lalu kepada orang yang membagikan roti itu, ia berkata, "Mengapa kamu tidak membagikan roti itu kepadaku?"

Orang yang membagikan roti itu-pun menjawab, "Kamu lihat sendiri, roti yang aku bagikan telah habis, da aku tidak membagikan kepada mereka lebih dari sepotong roti." Mendengar ucapan dari orang yang membagikan roti itu, maka lelaki yang sedang bertaubata itu mengambil roti yang telah diberikan kepadanya dan memberikannya kepada orang yang tidak mendapatkan bagian tadi. Sedangkan lelaki yang bertaubat tersebut keesokan harinya meninggal dunia.

Di hadapan Allah, maka ditimbanglah amal ibadah yang pernah dilakukan oleh orang yang bertaubat itu selama lebih kurang tujuh puluh tahun dengan dosa yang ia lakukan selama tujuh malam. Ternyata hasil dari timbangan tersebut, amal ibadah yang ia lakukan selama tujuh puluh tahun dikalahkan oleh kemaksiatan yang dilakukannya selama tujuh malam. Akan tetapi ketika dosa yang dilakukannya selama tujuh malam itu ditimbang dengan sepotong roti yang ia berikan kepada fakir miskin yang sangat memerlukannya, ternyata amal sepotong roti tersebut mampu mengalahkan perbuatan dosanya selama tujuh malam itu. Pada anaknya, Abu Musa berkata, "Wahai anakku, ingatlah olehmu akan orang yang memiliki sepotong roti itu."


Sumber:http://hamdanisekumpul.blogspot.com/2009/09/wasiat-abu-burdah-bin-musa-al-asyari.html?showComment=1304432279279#c5811607072784792218


Monday, May 2, 2011

Aduhai 4 isteriku

"Suatu ketika, ada seorang pedagang kaya yang mempunyai empat orang isteri. Dia mencintai isteri yang keempat dan memberikan harta dan kesenangan yang banyak. Sebab, isteri keempat adalah yang tercantik di antara kesemua isterinya. Maka, tidak hairan lelaki ini sering memberikan yang terbaik untuk isteri keempatnya itu.

Pedagang itu juga mencintai isterinya yang ketiga. Dia sangat bangga dengan isterinya ini, dan sering
berusaha untuk memperkenalkan isteri ketiganya ini kepada semua temannya. Namun dia juga selalu bimbang
kalau-kalau isterinya ini akan lari dengan lelaki yang lain.

Begitu juga dengan isterinya yang kedua. Dia juga sangat menyukainya. Dia adalah seorang isteri yang
sabar dan penuh pengertian. Bila-bila masa pun apabila pedagang ini mendapat masalah, dia selalu meminta
pandangan isterinya yang kedua ini. dialah tempat bergantung. Dia selalu menolong dan mendapingi
suaminya melalui masa-masa yang sulit. Sama halnya dengan isterinya yang pertama. Dia adalah pasangan yang sangat setia. Dia sering membawa kebaikan bagi kehidupan keluarga ini. dialah yang merawat dan mengatur semua kekayaan dan usaha si suami. Akan tetapi si pedangang tidak begitu mencintainya. Walaupun isteri pertamanya ini begitu sayang kepadanya namun, pedagang ini tidak begitu memperdulikannya.

Suatu ketika, si pedagang sakit. Kemudian dia menyedari mungkin masa untuknya hidup tinggal tidak lama lagi. Dia mula merenungi semua kehidupan indahnya, dan berkata dalam hati, "Saat ini. Aku punya
empat orang isteri. Namun, apabila aku meninggal. Aku akan sendiri. Betapa menyedihkan jika aku harus hidup sendiri."

Lalu dia meminta semua isterinya datang dan kemudian mulai bertanya pada isteri keempatnya, "Kaulah yang
paling kucintai, kuberikan kau gaun dan perhiasan yang indah. Nah sekarang. Aku akan mati, mahukan kau
mendapingiku dan menemaniku?" Isteri keempatnya terdiam. "Tentu saja tidak!" jawab isterinya yang
keempat, dan pergi begitu sahaj tanpa berkata-kata lagi. Jawapan itu sangat menyakitkan hati seakan-akan
ada pisau yang terhunus dan menghiris-hiris hatinya. Pedagang yang sedih itu lalu bertanya kepada isteri
ketiganya, "Aku pun mencintaimu sepenuh hati, dan saat ini, hidupku akan berakhir. Mahukah kau ikut denganku, dan menemani akhir hayatku?". Isteri ketiganya menjawab, "Hidup begitu indah di sini. Aku akan menikah lagi jika kau mati". Pedagang begitu terpukul dengan jawapan isteri ketiganya itu.

Lalu, dia bertanya kepada isteri keduanya, "Aku selalu berpaling padamu setiap kali mendapat masalah. Dan kau selalu mahu membantuku. Kini. Aku perlu sekali pertolonganmu. Kalau aku mati, mahukah kau ikut dan
mendampingiku?" Si isteri kedua menjawab perlahan, "Maafkan aku...aku tak mampu menolongmu kali ini. Aku
hanya boleh menghantarmu keliang kubur saj. Nanti, akan kubuatkan makam yang indah buatmu." Jawapan itu seperti kilat yang menyambar. Si pedagang kini berasa putus asa. Tiba-tiba terdengar satu suara,
"Aku akan tinggal denganmu. Aku akan ikut ke manapun kau pergi. Aku, tak akan meninggalkanmu. Aku akan
setia bersamamu." Si pedagang lalu menoleh ke arah suara itu dan mendapati isteri pertamanya yang berkata
begitu. Isteri pertamanya tampak begitu kurus. Badannya seperti orang yang kelaparan. Berasa menyesal, si pedagang lalu berguman, "Kalau saja aku mampu melayanmu lebih baik pada saat aku mampu, tak akan kubiarkan kau seperti ini isteriku." Teman, sesungguhnya kita punya empat orang isteri dalam hidup ini;

ISTERI KEEMPAT adalah tubuh kita. Seberapa banyak waktu dan belanja yang kita keluarkan untuk tubuh kita
supaya tampak indah dan gagah, semuanya akan hilang. Ia akan pergi segera apabila kita meninggal. Tak ada
keindahan dan kegagahan yang tersisa saat kita menghadapNYA.

ISTERI KETIGA adalah status sosial dan kekayaan kita. Saat kita meninggal, semuanya akan pergi kepada yang
lain. Mereka akan berpindah dan melupakan kita yang pernah memilikinya.

ISTERI KEDUA pula adalah kerabat dan teman-teman. Seberapa pun dekat hubungan kita dengan mereka, mereka tak akan mampu bersama kita selamanya. Hanya sampai kuburla mereka akan menemani kita.

DAN SESUNGGUHNYA ISTERI PERTAMA adalah jiwa dan amal kita. Mungkin kita sering mengabaikan dan melupakannya demi kekayaan dan kesenangan peribadi. Namun, sebenarnya, hanya jiwa dan amal kita sajalah yang mampu untuk terus setia dan mendampingi kemanapun kita melangkah. Hanya amal yang mampu menolong kita diakhirat kelak.

Jadi, selagi mampu, perlakukanlah jiwa dan amal kita dengan bijak. Jangan sampai kita menyesal kemudian
hari!...

sumber:http://www.ukhwah.com/article.php?sid=2695&mode=thread&order=0
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...